banyakpendatangPertanyaan baru SejarahVoc merupakan organisasi dagang milik belanda yang dibentuk pada maret 1602. meskipun berstatus kongsi dagang dalam perkembangan voc dapat menjalankan pemerintahan layaknya sebuah negara karenaTanaman yang wajib ditanam oleh masyarakat indonesia terutama
Kerajaan Bima lebih sering disebut Kesultanan Bima, adalah kerajaan Islam yang telah didirikan sejak tahun 1621 Masehi di Pulau Sumbawa. Sepanjang sejarahnya, Kesultanan Bima telah dipimpin oleh 14 Sultan, Muhammad Salahuddin menjadi Sultan Bima yang terakhir. Jika dibandingkan kesultanan lainnya yang pernah ada di Indonesia, mungkin masih banyak yang kurang familiar dengan nama Kerajaan Bima. Untuk itu, disini Kami akan memberikan ulasan lengkap tentang sejarah Kerajaan Bima, masa pemerintahan, kehidupan masyarakat, dll. Bagi yang belum tahu, yuk simak! Sejarah Kerajaan Bimaa. Awal Pendirianb. Awal KesultananPeta Lokasi dan Letak Wilayah KekuasaanSilsilah Raja & Masa Pemerintahan1. Sultan Abdul Kahir 1601 – 16402. Sultan Abdul Khair Sirajuddin 1640 – 16823. Sultan Nuruddin 1682 – 16874. Sultan Jamaluddin 1687 – 16965. Sultan Hasanuddin 1689 – 17316. Sultan Alauddin Syah 1731 – 17427. Sultan Ismail 1819 – 18548. Sultan Muhammad Salahuddin 1915 – 1951Kehidupan Masyarakata. Kehidupan Sosial dan Budayab. Kehidupan Keagamaanc. Kehidupan EkonomiMasa KejayaanMasa Keruntuhan dan PenyebabnyaPeninggalan Sejaraha. Istana Asi Mbojob. Istana Asi Bouc. Masjid Sultan Muhammad Salahuddind. Masjid Al-Muwahiddine. Rimpu Membahas tentang asal usul Kerajaan Bima sebenarnya cukup kompleks. Hal itu karena masih sulit untuk memisahkan antara kisah nyata dengan legenda yang hingga saat ini masih sangat diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat. Apalagi, tidak banyak sumber sejarah dalam versi tertulis, karena dulunya sebelum memeluk agama Islam, rakyat Kerajaan ini belum mengenal dunia menulis. Simak berikut ini sedikit ringkasan sejarah Kerajaan Bima a. Awal Pendirian Sebelum memeluk agama Islam, Kesultanan Bima awalnya adalah kelompok suku yang menganut paham dinamisme dan animisme. Konon sebelum terbentuknya kerajaan Bima, dulunya kerajaan ini bermula dari lima kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seseorang yang disebut Ncuhi. Ncuhi Dara menjadi pemimpin di Bima Tengah, Ncuhi Parewa menjadi pemimpin di Bima Selatan, Ncuhi Padolo menjadi pempin di Bima Barat, Ncuhi Banggapura menjadi pemimpin di Bima Utara dan Ncuhi Dorowani menjadi pemimpin di Bima Timur. Selain itu asal usul tersebut, ada juga yang menyebutkan bahwa Kerajaan Bima bermula dari putra-putra Maharaja Pandu Dewata, yakni Darmawangsa, Sang Bima, Sang Arjuna, Sang Kula dan Sang Dewa. Kemudian, masyarakat Kerajaan Bima disatukan dengan suku-suku lainnya yang ada disekitar mereka, penyatuan ini dilakukan oleh Sang Bima yang membawa ajaran Hindu dari Jawa. Dari sinilah awal berdirinya kerajaan, dan Sang Bima menjadi raja pertama yang diberikan gelar Sangaji sebagai pendiri kerajaan. Pada awal berdirinya di abad ke 11 Masehi ada dua nama kerajaan, yakni Kerajaan Bima dan Kerajaan Mojo. Nama Kerajaan Bima diberikan oleh pendudukan setempat, sementara untuk nama Kerajaan Mojo diberikan oleh pemangku adat disebut Ncuhi. Sang Bima memutuskan untuk datang ke Kerajaan Medang setelah ia mendidikan Kerajaan tersebut. Untuk mengisi kekosongan di Kerajaan Bima, ia mengutus kedua putranya untuk menjadi Sangaji Kerajaan. Putranya yang bernama Indra Zamrud diangkat sebagai Sangaji di Kerajaan Bima, sementara Indra Kumala diangkat sebagai Sangaji di Dompu. b. Awal Kesultanan Penyebaran Islam pertama kali dimulai sejak tahun 1540, saat itu banyak pedagang dan mubalig dari Kesultanan Demak datang ke Kesultanan Bima. Sunan Prapen berpengaruh dalam menyiarkan Islam di Kerajaan Bima, kemudian terhenti karena wafatnya Sultan Trenggono di tahun yang sama. Penyebaran Islam dilanjutkan kembali oleh para mubalig dan pedagang dari Kesultanan Ternate yang diutus oleh Sultan Baabullah pada tahun 1580 Kemudian tahun 1619, penyiaran Islam diteruskan kembali oleh Sultan Alauddin dengan mengutus para mubalig dari Kerajaan Bone dan Tallo serta Kesultanan Luwu untuk datang ke Kerajaan Bima. Pada awal tahun 1030 Hijriyah, Raja La Kai memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dengan memeluk agama Islam. Disaat yang sama, Kerajaan Bima diganti menjadi Kesultanan Bima dan Islam menjadi agama resmi yang diyakini oleh masyarakat dan bangsawan di Bima. Peta Lokasi dan Letak Wilayah Kekuasaan Letak Kerajaan Bima berbatasan secara langsung dengan Samudera Hindia dan Laut Jawa di selatan. Di bagian barat, Kerajaan ini berbatasan dengan Dompun. Sementara di bagian timur berbatasan dengan Manggarai. Kerajaan juga mendapatkan kekuasaan di pantai barat Semenanjung Gunung Tamboram, yakni wilayah Kerajaan Sanggar di tahun 1928. Secara geografis, Kamu bisa melihat peta lokasi Kesultanan Bima pada gambar berikut ini Wilayah kekuasaan Bima pada abad ke 19 Masehi mencakup pulau pulau kecil di Selat Alas, Manggarai dan Pulau Sumbawa bagian timur. Daerah Reo dan daerah Pota adalah daerah kekuasaan Kerajaan Bima di Manggarai. Sedangkan di Pulau Sumbawa, kekuasaan Kesultanan Bima dibagi menjadi beberapa daerah yaitu Bolo, Sape dan daerah tersebut dipimpin oleh seseorang, oleh masyarakat disebut galarang. Distrik Bolo, Sape dan Belo masing-masing dibagi lagi menjadi daerah perkampungan-perkampungan yang dikepalai kepala kampung. Namun, memasuki tahun 1938, wilayah kekuasaan Kesultanan ini harus berkurang setelah mengadakan perjanjian dengan Gubernur Hindia Belanda. Silsilah Raja & Masa Pemerintahan Menurut silsilah di Kesultanan Bima, para raja diberikan gelar Ruma yang melambangkan wakill Allah di Bumi dan Khalifah. Seorang pemimpin diberikan amanah dari penduduk untuk menjadi seorang pemerintah sehingga dalam tugasnya harus mengutamakan kepentingan masyarakat, diatas kepentingan pribadinya. Sistem pemerintahan di kesultanan dilaksanakan berdasarkan syariat dan ajaran Islam. Nilai-nilai budaya yang dipelajari oleh masyarakat pun jika tidak boleh bertentangan dengan Islam dan hal ini sudah menjadi tradisi di pemerintahan Kerajaan Bima. Pada tahun 1908, Kesultanan Bima masih dikuasai oleh Hindia Belanda yang pada saat itu menerapakan sistem pemerintahan terpusat. Selama periode tersebut, Kesultanan Bima dibagi menjadi lima distrik dengan masing-masing pemimpinnya. Berikut ini Distrik Bolo dipimpin Rato Parado Distrik Belodipimpin Raja Sakuru Distrik Sape dipimpin Raja Bicara Distrik Donggo dipimpin Sultan Muda Distrik Rasanae dipimpin Sultan Memasuki tahun 1909, sistem pemerintahan Kerajaan Bima pindah ke Makassar setelah bergabung dengan Keresidenan Timur Hindia-Belanda. Karena adanya perpindahan sistem pemerintahan ini membuat segala urusan kesultanan di Bima harus berdasarkan persetujuan colonial Belanda, termasuk dalam kehidupan politik. Berikut ini silsilah raja yang pernah menjadi pemimpin di Kesultanan Bima 1. Sultan Abdul Kahir 1601 – 1640 Sultan Abdul Kahir sebagai raja di Kesultanan Bima mendapatkan gelar Rumata Ma Bata Wadu, beliau memeluk Islam saat usianya masih 20 tahun. Setelah menjadi seorang mualaf, Sultan Abdul Kahir memutuskan untuk hijrah ke Makassar selama 19 tahun. Beliau menjadi sultan di Kesultanan Bima dan dikarunia 4 putra dari pernikahannya dengan adik permaisuri Sultan Alaudding Makassar. Selama masa pemerintahannya, Sultan Abdul Kahir memiliki tekad untuk membentuk sistem pemeritahan di Bima berdasarkan syariat Islam hingga dikenal dengan sumpahnya “Sumpah Parapi”. Isi dalam sumpah tersebut menyatakan bahwa ia rela berkorban jiwa dan raga untuk menjunjung Islam, Negeri dan Rakyat. Sultan Abdul Kahir wafat pada 22 Desember 1640 dan kepemimpinan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Khair Sirajuddin. 2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin 1640 – 1682 Sultan Abdul Khair Sirajuddin adalah putra dari Sultan Abdul Kahir I dan Daeng Sikontu yang melanjutkan pemerintahan di Kesultanan Bima setelah ayahnya wafat. Abdul Khair menjadi sasaran penangkapan VOC karena pada saat pemerintahannya, beliau memberikan pernyataan menolak atas perjanjian Bongaya. Meneruskan cita-cita ayahnya, Abdul Khair mendirikan lembaga Sara hukum yang beranggotakan para tokoh agama dan ulama. Sehingga semasa sistem pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin dijalankan dengan hukum Islam. 3. Sultan Nuruddin 1682 – 1687 Nuruddin adalah putra dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin dengan Bonot Je’ne yang dinobatkan untuk melanjutkan tahta ayahnya. Masa kepemimpinan Sultan Nuruddin dikenal dengan Paju Monca, beliau mendirikan perkampungan tambora, membentuk perang Turnojoyo hingga membangun masjid-masjid di Jakarta Barat. 4. Sultan Jamaluddin 1687 – 1696 Sultan Jamaluddin adalah putra sulung dari pernikahan Sultan Nuruddin dengan Daeng Tamemang yang menjadi Sultan di Kerajaan Bima ke-4. Beliau dengan tegas menyatakan penolakan kerja sama dengan Belanda. Hal itu ternyata membuat Sultan Jamaluddin dijebak dan dituduh telah membunuh bibi Permaisuri Sultan Dompu. Sultan Jamaluddin di penjara atas tuduhan tersebut hingga meninggal di Penjara Batavia. 5. Sultan Hasanuddin 1689 – 1731 Setelah Sultan Jamaluddin, Sultan di Kerajaan Bima digantikan oleh putra sulungnya dengan Karaeng Tana-tana yang bernama Hasanuddin. Selama pemerintahannya, beliau mampu memperluas ajaran Islam di kerajaan dan mengadakan berbagai pembaruan struktur organisasi Pemerintahan ke arah yang lebih baik serta maju. Tidak hanya itu saja, melalui seni budaya, Sultan Hasanuddin juga memperluas syiar Islam. 6. Sultan Alauddin Syah 1731 – 1742 Melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Sultan Alauddin Syah yang bergelar Manuru Daha mencoba untuk menjalin kerja sama ekonomi, politik dan ekonomi dengan Makassar. 7. Sultan Ismail 1819 – 1854 Sultan Ismail sebenarnya merupakan Sultan Kesultanan Bima yang ke-10. Sebelumnya ada beberapa nama lain yang pernah menjadi pemimpin diantaranya Sultan Abdul Qadim 1742 – 1773, Sultanah Kumalasyah 1773 – 1795 dan Sultan Abdul Hamid 1795 – 1819. Namun tidak banyak catatan sejarah yang membahas tentang masa kepemimpinan dari nama-nama Sultan tersebut. Sultan Ismail sendiri merupakan anak dari Sultan Abdul Hamid yang diangkat sebagai Sultan di Kerajaan Bima pada November 1819. Pada awal-awal pemerintahannya, masyarakat Bima sangat menderita pasca letusan Gunung Tambora yang membuat banyak orang miskin dan kelaparan. Belum lagi dengan banyaknya serangan bajak laut serta bencana kemarau panjang yang semakin memperburuk keadaan di masyarakat Bima. Sultan Ismail memutuskan untuk patuh kepada Inggris agar dapat memperbaiki kehidupan ekonomi rakyatnya. 8. Sultan Muhammad Salahuddin 1915 – 1951 Setelah berakhirnya masa pemerintahan Sultan Ismail, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdullan 1854 – 1868, Sultan Abdul Aziz 1868 – 1881 dan Sultan Ibrahim 1881 – 1915. Periode kepemimpinan Kerajaan Bima pada tahun 1915 – 1951 dilanjutkan olehSultan Muhammad Salahuddin, putra Sultan Ibrahim. Sultan Muhammad Salahuddin selama periode pemerintahannya banyak melakukan perubahan sistem pemerintahan dan keadaan politik. Beliau juga mendirikan sekolah islam di Kampo Suntu dan di Raba serta membangun masjid-masjid di setiap desa. Tidak hanya itu saja, Sultan juga membangun Badan Hukum Syara, yakni lembaga peradilan urusan agama. Sultan Muhammad Salahuddin turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan berbagai organisasi penjuang kemerdekaan. Kehidupan Masyarakat Menurut catatan sejarah, masyarakat Bima pada awal-awal berdirinya kerajaan memiliki beberapa sifat yakni takut, malu dan sabar. Sifat-sifat tersebut diwarikan dari Sang Bima kepada anak-anaknya, Indra Zamrud dan Indra Kumala. Melalui keduanya, masyarakat di Bima juga diajarkan ilmu melaut dari Indra Zamrud dan ilmu bertani dari Indra Kumala. Sejak itu jugalah, pada abad ke-11 masehi wilayah Kerajaan Bima sudah menjadi daerah perdagangan dan menjadi kawasan penghubung antara Kerajaan Medang di Jawa dan di a. Kehidupan Sosial dan Budaya Kehidupan sosial di wilayah Kerajaan Bima terdiri dari beberapa suku, sementara untuk penduduk aslinya berasal dari suku Donggo yang menghuni wilayah pegunungan. Sedangkan untuk penduduk lainnya berasal dari suku Bima yang merupakan pendatang dari suku Bugis dan suku Makassar di wilayah pesisir Bima. Para pendatang tersebut menikah dengan penduduk asli dan menetap sebagai masyarakat suku Bima pada abad ke-14. Pendatang lainnya ada juga yang berasal dari suku Minangkabau dan suku Melayu yang menetap di daerah Benteng, Kampung Melayu dan Teluk Bima. Meskipun berasal dari beberapa suku yang berbeda, kehidupan sosial di lingkungan masyarakat Kesultanan Bima hidup dengan rukun dan berdampingan sebagai pedagang maupun pelayar. Menariknya lagi, di wilayah kerajaan juga terdapat pemukiman Arab, mereka datang sebagai mubaligh dan pedagang. Sementara jika diperhatikan dari kehidupan budaya, masyarakat di Kesultanan Bima hampir sebagian besar berpegangan teguh pada budaya-budaya islami. Namun budaya Islam tersebut baru berkembang sejak Kerajaan Bima berubah menjadi Kesultanan Bima. b. Kehidupan Keagamaan Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Bima merupakan kerajaan Islam sejak pemimpinnya, Raja La Kai l, memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam pada awal tahun 1030 Hijriyah. Agama Islam diperkenalkan pertama kali oleh Sayyid Murtolo dari Gresik, seorang putra Syekh Maulana Ibrahim Asmara. Penyiaran agama Islam sendiri di kehidupan Kesultanan Bima dilakukan bersamaan dengan kegiatan perdagangan. Awalnya Islam hanya diterima oleh kelompok-kelompok kecil serta masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Penyebaran agama Islam juga mendapat pengaruh dari Kerajaan Gowa yang memperluas penyiaran ke Kepulauan Nusa Tenggara, khususnya di Pulau Sumbawa. Kemudian penyebaran Islam dilanjutkan oleh para pedagang dari kesultanan Ternate, Kesultanan Bone, Kesultanan Luwu dan kerajaan Tallo. Sejak menjadi Kesultanan Bima yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga Sultan Bima menerapkan hukum Islam dan hukum adat secara bersamaan. Pada tahun 1788, Kerajaan Bima telah mendirikan peradilan Islam yang bernama mahkamah Syariah yang mempunyai fungsi utama untuk mengadili urusan syariat keagamaan. Mulai dari sini juga-lah mayoritas masyarakat yang tinggal di Kesultanan Bima hidup dengan aturan dan ajaran agama Islam. Selain melalui perdagangan, penyiaran agama Islam juga dilakukan melalui syair-syair dalam sastra dan sejarah. c. Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi Kesultanan Bima cukup baik karena secara geografis wilayah kekuasaannya berada di ujung timur Pulau Sumbawa. Berdasarkan lokasinya tersebut, kerajaan ini mempunyai teluk yang dimanfaatkan sebagai titik pelayaran. Masyarakat menggunakan lokasi tersebut sebagai pusat pelayaran dan perdagangan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Interaksi antara masyarakat Bima dengan pedagang pendatang yang mayoritas beragama Islam menjadi awal banyaknya penduduk yang kemudian memeluk agama Islam. Apalagi pada awal berdirinya kerajaan ini, masyarakat Bima masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Para pedagang banyak yang menjual beberapa barang seperti rotan, selapang dan soga. Masa Kejayaan Dalam catatan sejarah tidak dijelaskan secara pasti kapan dan tahun berapa Kesultanan Bima mencapai puncak kejayaannya. Karena periode kepemimpinan para sultan sultan di Kerajaan Bima selalu diwarnai dengan perlawanan terhadap pasukan VOC atau Belanda. Hal tersebut bahkan membuat salah satu sultan pernah ditangkap dan diasingkan hingga akhirnya meninggal dunia dalam penjara. Namun pada awal berdirinya Kerajaan, dijelaskan bahwa kehidupan masyarakat kerajaan Bima cukup makmur karena mereka menjalin kerjasama dengan berbagai Kesultanan daerah lainnya. Dalam bidang ekonomi pada, perdagangan, keagamaan maupun sosial-budaya cukup maju pada awal berdirinya kerajaan. Masa Keruntuhan dan Penyebabnya Kesultanan Bima berakhir pada tahun 1951 saat Sultan Muhammad Salahuddin wafat, dan dinyatakan sebagai pimpinan terakhir di kesultanan ini. Sebelum Kesultanan Bima berakhir, Bima telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan menjadi bagian dari wilayah tanah air. Sehingga saat ini secara administratif, Bima berada dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat. Sayangnya tidak ada penjelasan secara rinci mengenai penyebab runtuhnya Kesultanan Bima. Padahal pada masa periode kepemimpinan Muhammad Salahuddin, kehidupan masyarakat di Bima cukup makmur dan maju dalam berbagai bidang. Peninggalan Sejarah Ada beberapa peninggalan sejarah yang menjadi jejak keberadaan Kesultanan Bima, diantaranya sebagai berikut a. Istana Asi Mbojo Peninggalan ini dibangun pada tahun 1888 saat masa kepemimpinan Sultan Ibrahim dan digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin. Arsitektur pembangunan Istana Asi Mbojo dirancang oleh arsitek Obzicter Rahatta dengan memadukan gaya Belanda dan Bima. Pada masa Kesultanan Bima, istana ini digunakan sebagai kediaman keluarga Sultan dan sebagai pusat penyiaran agama. Setelah kerajaan berakhir, saat ini Istana Asi Mbojo menjadi museum peninggalan sejarah dan bisa dikunjungi oleh wisatawan. b. Istana Asi Bou Peninggalan lainnya adalah Istana ASI Bou yang dibangun pada tahun 1927, dulunya juga digunakan sebagai kediaman Sultan dan keluarganya. Istana ini dibangun sebagai kediaman sementara karena istana Asi Mbojo sedang dilakukan renovasi. Desain arsitekturnya berupa rumah panggung tradisional yang terbuat dari kayu jati. Pembangunannya menggunakan dana pribadi Sultan Muhammad Salahuddin dan sebagian disokong dari kas keuangan Kesultanan Bima. c. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Kadim, dibangun Masjid Sultan Muhammad Salahuddin tahun 1737 Masehi. Pembangunan masjid sempat terhenti, kemudian diteruskan kembali oleh Sultan Abdul Hamid. Desain masjid dibuat bersusun tiga, hampir mirip seperti arsitektur masjid Kudus. Namun, masjid ini hancur setelah di bom oleh pasukan sekutu dalam perang dunia ke-2. Sultan Muhammad Salahuddin kemudian memerintahkan pasukannya untuk pembangunan ulang masjid. d. Masjid Al-Muwahiddin Ada juga peninggalan berupa masjid Al-Muwahhidin yang didirikan pada 1947 saat kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin. Pembangunan masjid ini bertujuan sebagai tempat ibadah sementara karena masjid Muhammad Salahuddin hancur. Di sini menjadi tempat kegiatan studi Islam, dakwah dan ibadah. e. Rimpu Rimpu diketahui merupakan pakaian wanita muslimah pada masa Kesultanan Bima. Busana ini digunakan sebagai penutup tubuh dan penutup kepala yang terdiri dari 2 lembar kain sarung. Satu kain sarung untuk menutupi kepala, dan satu sarung lainnya diikat pada perut untuk pengganti rok. Rimpu pertama kali dikenalkan di Bima pada abad ke-17 Masehi dan saat ini menjadi salah satu peninggalan Kesultanan Bima. Akhir Kata Sekarang sudah paham ya mengenai sejarah Kerajaan Bima yang pernah berdiri di Indonesia? Dari pembahasan di atas, diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai asal usul Kesultanan Bima. Meskipun sebenarnya hingga saat ini masih ada simpang siur sejarah Bima karena sulitnya menggabungkan fakta dan legenda yang diyakini oleh masyarakat setempat. Kamu juga bisa mampir ke beberapa tempat situs peninggalan Kerajaan Bima lho, jika kebetulan berkunjung ke Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Semoga bermanfaat.
Kehidupansosial ekonomi masyarakatnya begitu baik dan maju. Adapun peninggalan yang merupakan bukti nyata akan keberadaan kerajaan Pekat di Pulau Sumbawa yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya yakni; 1) tare/Nampan, 2) peti emas, 3) tempat rempah dan penumbuk sirih, dan 4) tempat rempah-rempah. Sumbawa Pulau Sumbawa, Nusatenggara Barat, sebelumnya adalah kesultanan yang mempunyai hubungan erat dengan Kerajaan Makassar Sulawesi Selatan. Namun, pada 1959 Kesultanan Sumbawa dibubarkan dan menjadi Kabupaten Sumbawa dengan ibu kotanya di Sumbawa Besar. Sultan terakhir adalah Muhammad Kaharuddin III. Sisa-sisa peninggalan kesultanan kini terawat dengan baik. Istana peninggalan Sultan Muhammad Jalaludin III, misalnya, yang dibangun awal Abad ke-20, hingga saat masih terawat dengan baik. Di Istana Loka tersimpan barang-barang peninggalan kesultanan seperti keramik dari zaman Dinasti Ming dan seperangkat alat pengobatan raja. Selain dikenal dengan peninggalan sejarahnya, Sumbawa juga dikenal sebagai penghasil madu alami dan tenun ikat. Madu alami diambil warga dari hutan dan pegunungan. Dari mulai mengambil madu di sarang hingga pemerasan masih menggunakan cara-cara tradisional. Madu diambil dari hutan dengan menggunakan obor. Asap obor ini berfungsi mengusir lebah dari sarangnya. Selanjutnya sarang madu diambil dan dimasukkan ke dalam ember. Setiap sarang dimasukkan ke dalam ember terpisah. Sebab, setiap sarang madu mempunyai kekentalan, rasa, dan aroma berbeda. Perbedaan ini terjadi karena beragamnya bunga yang diisap lebah. Setiap satu sarang lebah terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian madu, bipolen, dan anak lebah. Bipolen dan madu mempunyai nilai ekonomi tingggi. Khusus bipolen, biasanya hanya ada dua sampai tiga pekan sebelum hujan dalam setahun. Bipolen dikonsumsi langsung dan sangat bagus untuk pertumbuhan sel tubuh. Sementara harga madu lebah Sumbawa Rp dalam botol 620 mililiter. Sumbawa juga dikenal dengan tenun ikat. Pusat industri tenun di Desa Sekatoh atau sekitar delapan kilometer dari Sumbawa Besar. Pusat kerajinan ini dibangun pada tahun 80-an. Awalnya, tenun ikat itu menjadi pekerjaan sampingan ibu-ibu rumah tangga. Namun, seiring maraknya industri pariwisata tenun ikat Sumbawa menjadi potensi ekonomi masyarakat. Satu lembar tenun ikat dijual Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu.YYT/Asti Megasari dan Effendi Kasah* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.Kehidupanekonomi Kesultanan Bima cukup baik karena secara geografis wilayah kekuasaannya berada di ujung timur Pulau Sumbawa. Berdasarkan lokasinya tersebut, kerajaan ini mempunyai teluk yang dimanfaatkan sebagai titik pelayaran. Masyarakat menggunakan lokasi tersebut sebagai pusat pelayaran dan perdagangan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi
– Kerajaan Dompu adalah salah satu kerajaan kuno yang pernah berdiri di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat NTB. Konon, bangunan yang dulu diduga merupakan tempat Kerajaan Dompu berdiri sekarang sudah diubah menjadi Masjid Raya Dompu. Namun, kediaman raja masih ada hingga sekarang dan berada di Kelurahan ini sejarah Kerajaan Dompu. Baca juga Suku-suku di Bali dan Nusa Tenggara Sejarah berdirinya Kerajaan Dompu Apabila menelusuri kembali sejarah berdirinya Kerajaan Dompu, perlu dipahami terlebih dahulu wilayah Dompu sebelum menjadi selama Kerajaan Dompu berdiri, dikenal dua istilah yang diberikan pejabat tertinggi di pemerintahan masing-masing, yaitu Ncuhi dan Sangaji atau raja. Ncuhi adalah kepala kelompok dan tokoh dalam keagamaan, sedangkan sangaji/raja adalah penguasa pada Zaman Hindu hingga berdirinya Kesultanan Dompu. Pimpinan pemerintahan Dompu pada masa itu dipimpin oleh sangaji/raja yang berjumlah 8 orang. Setelah itu, seiring berjalannya waktu, mulai didirikan sebuah kerajaan atau kesultanan di tempat itu, yang kemudian disebut sebagai Kerajaan Dompu. Untuk menentukan dengan pasti tanggal, hari, bulan, dan tahun berapa Kerajaan Dompu berdiri sangat sulit karena tidak ada prasasti yang menceritakannya.KesultananSumbawa atau juga dikenal dengan Kerajaan Samawa adalah salah satu dari tiga kerajaan Islam besar di Pulau Sumbawa.Wilayah kekuasaannya meliputi hampir 2/3 dari luas pulau Sumbawa. Keberadaan Tana Samawa atau wilayah Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan Mataram, NTB ANTARA News - Keturunan Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang Kemutar Telu Trah Gowa Talo Dinasti Dewa Dalam Bawa, menuntut pelurusan sejarah dan pengembalian hak atas Kerajaan Sumbawa kepada pewaris yang sah, yakni keturunan dari Amas Bantan Datu Loka. Raja Muda Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang Trah Gowa Tallo, M Sahril Amin, di Taliwang, Sumbawa, NTB, Jumat, menyatakan, selama ini telah terjadi pengkaburan sejarah sehingga kesultanan Sumbawa dikuasai pihak yang tidak berhak. "Amas Bantan Datu Loka adalah Raja Sumbawa yang sah. Jadi sudah sepantasnya kami sebagai keturunan beliau melakukan pelurusan sejarah dengan mengembalikan kerajaan Sumbawa kepada pewaris yang sah," kata Amin, yang saat ini bergelar Karaeng Bontolangkasa. Upaya pelurusan sejarah itu, kata dia, bagian dari ikhtiar untuk berperan aktif dalam pengembangan umat menuju masyarakat yang madani dan tegaknya marwah dan martabat Tau dan Tana Samawa terutama yang mengatur tentang adat dan budaya Sumbawa yang diemban sultan sejak masa lampau. "Caranya dengan mengembalikan Kerajaan Sumbawa kepada pewaris yang sah sesuai adat dan tatanan budaya Nusantara," jelasnya. Ia menjelaskan, dalam sistem kesultanan mengenal sistem monarki dimana pengangkatan raja harus berdasarkan keturunan yang sesuai tatanan adat dan budaya. "Hal inilah yang mendasari kami sebagai pewaris Amas Bantan Datu Loka untuk mengembalikan konsep itu demi marwah dan martabat Sultan Sumbawa Datu Taliwang Trah Gowa Tallo Dinasti Dewa Dalam Bawa," cetusnya. Upaya lainnya dalam rangka pelurusan sejarah itu, kata Sahril Amin, dengan akan dilaksanakannya penobatan Raja Muda Kesultanan Sumbawa Trah Gowa Tallo Dinasti Dewa Dalam Bawa dalam waktu dekat. Pelurusan sejarah dan penobatan Raja Muda Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang Trah Gowa Talo itu, kata dia, telah mendapat dukungan tertulis dari Forum Silaturahmi Keraton Nusantara FSKN yang ditandatangani wakil ketua umum lembaga itu dan Dewan Adat Nusa Tenggara Barat yang ditandatangani ketuanya, L Satriwangsa. "Dukungan menunjukkan ikhtiar pelurusan sejarah yang kami lakukan saat ini sah dan diakui," katanya. Untuk itu ke depan, dia menyataan Kesultanan Sumbawa Kedatuan Taliwang akan bersinergi dengan pemerintah dan komponen lainnya dalam kehidupan sosial masyarakat dalam pengembangan ummat menuju masyarakat madani. Pewarta Nur ImansyahEditor Ade P Marboen COPYRIGHT © ANTARA 2015 Dengandemikian kehidupan ekonomi kerajaan Banten terus berkembang baik yang berada di pesisir maupun di pedalaman. Kehidupan Sosial Budaya. Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan. Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita Tampak depan Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockRatusan tahun yang lalu, nama Sumbawa terkenal di dunia karena letusan Gunung Tamboranya yang dahsyat. Letusan itu bahkan berhasil membuat benua Eropa tak mengalami musim panas selama setahun penuh pada 1816 silam. Kurang lebih 69 tahun setelahnya, tepatnya pada 1885, muncul sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Sumbawa. Dibangun oleh Muhammad Jalaluddin Syah III, kerajaan ini memiliki sebuah istana indah di Kota Sumbawa Besar yang diberi nama Istana Dalam Loka. Istana Dalam Loka di Sumbawa berada di Kota Sumbawa Besar Foto Shutter StockKerajaan Sumbawa atau yang juga disebut sebagai Kesultanan Samawa adalah kesultanan bernafas Islam yang merupakan satu dari tiga kerajaan besar di Sumbawa. Seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Istana Dalam Loka dibangun untuk menggantikan istana lama yang terbakar. Dulunya Istana Dalam Loka digunakan sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman bagi sultan beserta dengan anggota kerajaan. Namun kini, istana tersebut sudah menjadi cagar alam dan digunakan sebagai venue untuk pemilihan putra/putri daerah Taruna-Dadara, latihan menari, teater, hingga serune seruling Sumbawa. Salah seorang wisatawan memotret Istana Dalam Loka Foto Shutter StockPembuatan Istana Dalam Loka di masa lalu tak sembarangan. Terdapat filosofi adat yang dianut untuk membangun tempat ikonik itu. Filosofi itu adalah Adat berenti ko syara, syara barenti kokitabullah.'Artinya, semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus bersemangatkan pada syariat Islam. Jadi, enggak heran apabila banyak hal dalam Islam yang diadopsi dalam pembangunan istana ini. Istana Dalam Loka memiliki luas 904 meter persegi, dibangun selama sembilan bulan, dan memiliki 99 tiang penyangga, seperti jumlah Asma'ul Husna. Dalam Antara, disebutkan pula bahwa istana itu memiliki 17 anak tangga, sama dengan jumlah rakaat dalam salat lima waktu. Tampak samping Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockBangunannya berbentuk seperti rumah panggung dan terbuat dari kayu jati. Penggunaan kayu jati dalam bangunannya rupanya tak sembarangan. Kayu jati dipilih karena sifatnya yang cenderung menjadi lebih kuat seiring dengan bertambahnya usia. Karena di masa lalu, kayu jati dikeringkan secara alami, agar dapat kokoh sepanjang waktu. Bangunannya dibuat menghadap ke selatan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, berdasarkan hukum arah mata angin, selatan dapat memberikan suasana sejuk, tenteram, damai, dan juga punya makna tersendiri bagi pemimpin, yaitu mau dan berani menatap pada masa lalu sehingga pemimpin itu memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menyikapi masa lalu sebagai pelajaran di masa depan dan tentu saja di masa kini. Istana Dalam Loka di Sumbawa didominasi kayu Foto Shutter StockIstana Dalam Loka terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisi ruang pertemuan dan upacara kesultanan, kamar tidur sultan dan permaisuri, kamar tidur anggota kesultanan, kamar dayang, tempat salat dan dapur. Sementara, lantai dua berisi ruangan menenun dan tempat bermain putri sultan. Buat kamu yang berencana untuk menyambangi Istana Dalam Loka, jangan lupa untuk melepaskan alas kaki sebelum memasuki istana, yang terakhir, jangan heran apabila Istana Dalam Loka terlihat kosong karena memang benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Sumbawa seperti mahkota, pakaian kebesaran, pedang, tombak, dan yang lainnya telah dipindahkan ke Istana Bala Kuning. Meski begitu, enggak perlu ragu untuk berkunjung. Anak-anak yang berlatih kebudayaan di Istana Dalam Loka bisa menjadi atraksi yang menarik untuk disaksikan selain mendengarkan kisah sejarah bangunan tersebut. Cocok banget buat jadi tempat wisata di Sumbawa bagi para pecinta menyambangi Istana Dalam Loka?